Pilih Tulisan “Allah” atau “Alloh”…
Menurut Anda mana yang benar, tulisan “Allah” atau “Alloh”…?
Sebagian Muslim tidak mau menulis “Allah”,
sebab katanya seperti tulisan yang dipakai oleh orang Nahrani. Maka
mereka menulis “Alloh” (dengan memakai huruf “o”) untuk membedakan dari
Nashrani.
Tapi disini ada sedikit catatan kritis:
- Orang Nashrani membaca kata “Allah” dengan ucapan: A – l – a – h. (Disini tidak terdengar bunyi “o” dan huruf “l” tidak dibaca double).
- Dalam
ejaan Arab, tidak dikenal huruf vokal “o”. Yang ada ialah bunyi “a”
atau fat-hah. Asma Allah disana ditulis “Allah”, meskipun membacanya:
Alloh.
- Dalam
Injil berbahasa Arab pun, Allah ditulis dengan huruf yang sama persis
dengan kita, yaitu: “Allah”. Kaum Nashrani Arab membacanya juga: Alloh
(seperti kita).
- Menurut EYD di Indonesia, tulisan yang disepakati memang “Allah”.
- Bahkan, dalam literasi internasional, seperti bahasa Inggris, juga tertulis “Allah”, bukan “Alloh”.
Singkat kata, penulisan “Allah” itu sudah
tepat, tidak perlu diubah. Tetapi pengucapannya tetap “Alloh”, bukan
“Al-lah”, apalagi “A-lah”.
Kalau kita ganti menjadi tertulis “Alloh”,
seakan kita mengalah terhadap cara penulisan orang Nashrani. Padahal
kenyataannya, mereka meniru kita, bukan kita meniru mereka. Kalau kita
mengalah, lalu menulis “Alloh”, nanti orang Nashrani akan merasa menang
dan mampu mendesak kita ke pinggir. Padahal, Ummat Islam adalah
pemegang “hak legal” atas segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah
Ta’ala.
Islam adalah agama yang diridhai Allah Ta’ala. “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah adalah Al Islam.”
(Ali Imran: 19). Konsekuensinya, segala sesuatu yang berhubungan dengan
syiar Asma Allah, Ummat Islam yang berhak memangkunya. Bukan ummat lain.
Di Indonesia sendiri, ada kenyataan negatif
yang kita dapati sejak jaman dahulu. Kaum Nashrani sejak lama memakai
istilah-istilah yang berbau Islam, misalnya: Jemaat, kalam kudus, roh
kudus, al kitab, kotbah, Isa al masih, dsb. Padahal, dalam kitab Bible
(baca: terjemahan Injil ke dalam bahasa Inggris dengan berbagai
perubahan di dalamnya) tidak ada istilah-istilah itu.
Mengapa orang Nashrani di Indonesia memakai istilah-istilah Al Qur’an?
Alasannya sebagai berikut:
(1) Mereka
ingin lebih mudah diterima oleh Ummat Islam Indonesia. Dengan memakai
istilah-istilah yang tidak jauh berbeda, mereka berharap bisa lebih
mudah masuk dalam kultur Ummat Islam di Indonesia.
(2) Mereka
ingin meyakinkan kepada orang-orang Muslim yang kemudian masuk ke
Nashrani, bahwa antara Islam dan Nashrani tidak terlalu banyak
perbedaan. Buktinya –kata mereka- istilah yang dipakai mirip.
(3) Ketika
kaum Nashrani gencar memakai istilah-istilah itu di berbagai
kesempatan, mereka berharap istilah tersebut menjadi ciri khas mereka.
Jika Ummat Islam kemudian memakainya, kaum Nashrani berharap Ummat
Islam merasa asing dengan istilah itu.
Contoh paling nyata adalah tulisan “Allah”.
Karena begitu gencarnya Nashrani memakai tulisan tersebut, meskipun
mereka membacanya “A-lah”, Ummat Islam merasa tidak nyaman memakainya.
Padahal sejatinya, kita yang awalnya memiliki istilah itu dan berhak
sepenuhnya menggunakannya. Jika diumpamakan sebuah produk, kita yang
memegang copy rights-nya. Orang lain kalau ingin memakai, dia harus permisi dulu, atau membayar royalty-nya.
Dalam Bible sendiri, istilah-istilah yang
dipakai sangat berbeda, misalnya God, Father, Son, Angel, Marie, Jesus,
dan sebagainya. Kalau kita meniru istilah-istilah itu, jelas keliru.
Tetapi nyatanya, kita memakai istilah yang berasal dari Al Qur’an,
sehingga tidak bisa disebut “meniru Nashrani”.
Masalah ini kelihatan sederhana, tetapi disini ada semantic war.
Pemakaian istilah-istilah Qur’ani dalam agama Nashrani itu bukan
perkara sepele. Biasanya hal ini dirumuskan oleh kaum orientalis yang
tingkat keseriusan berpikirnya tinggi. Untuk rata-rata orang Nashrani
Indonesia, mereka tidak memiliki kejelian setinggi itu. Saya mencurigai
Snouck Hurgronje sebagai pelopor pemakaian kata-kata Qur’ani dalam
peristilahan agama Nashrani di Indonesia.
Satu saran praktis yang bisa saya sampaikan.
Kalau Anda menulis kata “Allah” sebaiknya ditambah dengan kata-kata
lain yang diambil dari Asma’ul Husna. Hal itu akan menjadi pembeda
tegas antara tulisan “Allah” menurut versi Islam, dan tulisan serupa
menurut versi Nashrani. Istilah-istilah yang bisa dipakai, antara lain:
Subhanahu Wa Ta’ala, Tabaraka Wa Ta’ala, Jalla Jalla Luhu, Jalla
Sya’nuhu, ‘Azza Wa Jalla, Jalla Wa ‘Ala, dan sebagainya. Atau berupa
Asma’ul Husna tunggal seperti: Al ‘Azhim, Al ‘Aziz, Al Ghafur, Ar
Rahmaan, Al Karim, dan sebagainya. Orang Nashrani tidak akan memakai
kata-kata Asma’ul Husna di atas, sebab ia sangat berlawanan dengan
akidah mereka.
Semoga menjadi wawasan yang bermanfaat! Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar